Senin, 11 Februari 2008

Demokrasi Media Massa, Mungkinkah?

Sekarang ini, mahasiswa mana yang belum pernah bersentuhan dengan media masa. Entah itu media massa tradisional seperti surat kabar, radio, TV dan sebagainya, maupun the New Media yaitu Internet. Memang banyak orang yang menilai, media massa merupakan alat yang tepat untuk mewujudkan demokrasi. Selain sifatnya yang dianggap independen, media dinilai mempunyai sikap yang objektif terhadap persoalan. Namun, benarkah seperti itu? Mungkinkah media massa tidak ditunggangi oleh kepentingan tertentu? Mungkinkah media massa menjadi alat untuk penegakan demokrasi?

Siebert, Peterson dan Schramm lewat bukunya yang berjudul Four theories of the Pers, diceritakan bagaimana media itu berfungsi di masayarakat. Teori pertama, Authorian Theory (Teori Pers Otoriter), diakui sebagai teori pers paling tua. Inti dari teori ini, pers merupakan alat pemerintah yang harus mendukung kebijakan dan mengabdi pada Negara. Kedua, Teori Libertarian Theory (Teori Pers Bebas) yang mencapai puncaknya pada abad 19. Pers dianggap harus bebas dari pengaruh pemerintah. Perusahaan pers semacam ini memang hanya diabatasi oleh sedikit aturan yang membatasi. Akibatnya, media massa hanya semacam alat untuk menciptakan keuntungan berupa materi bagi pemiliknya. Jadi, cenderung kurang sekali tertarik terhadap kepentingan masyarakat.

Teori ketiga, Social Responsibility Theory (Teori Pers Bertanggung Jawab Sosial). Media selain mempunyai kebebasan juga harus bertanggung jawab sosial terhadap masyarakat. Caranya, media tersebut mempunyai lima cirri sebagai berikut :
1. Media harus menyajikan berita-berita peristiwa sehari-hari yang dapat dipercaya, lengkap, dan cerdas dalam koteks memberikan makna.
2. Media harus berfungsi sebagai forum untuk pertukaran komentar dan kritik.
3. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat.
4. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
5. Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi-informasi yang tersembunyi pada suatu saat.

Teori keempat, The Soviet Comunist Theory (Teori pers Komunis Soviet). Teori ini tumbuh dua tahun setelah revolusi Oktober 1917 di Rusia. Hampir mirip dengan teori otoriter, bedanya teori ini bertujuan untuk perkembangan dan perubahan masyarakat untuk mencapai kehidupan komunis.

Nah mencermati hal diatas, sebenarnya media masa saat ini berada pada posisi dimana? Saat ini, media massa menempati kedudukan seperti yang diungkapkan pada Teori Pers Bebas. Media massa sekarang sering digunakan untuk memenuhi kepentingan sang pemilik modal, entah itu pemerintah maupun swasta. Media massa tidak akan memuat berita atau informasi yang merugikan pemiliknya. Misalnya saja, Metro TV yang di pimpin oleh Surya Paloh jarang atau nyaris tidak pernah menayangkan bagaimana dampak negative dari Free Port bagi masyarakat Papua. Ini disebabkan karena, Surya Paloh juga memegang saham dari perusahaan multinasional tersebut.

Henry Subiakto pada seminar bertajuk “Peluang dan Tantangan Demokratisasi Informasi” tanggal 18 Desember 2007, dengan makalah berjudul “Ancaman Terhadap Demokrasi Penyiaran” berpendapat “Media massa, tidak lagi hanya dipandang sebagai kekuatan civil society yang harus dijamin kebebasannya, namun juga dilihat sebagai kekuatan kapitalis yang bisa mengkooptasi bahkan menghagemoni Negara sebagaimana sinyalemen Antonio Gramsci. Atau malah media massa justru berperan sebagai perpanjangan tangan kekuasaan Negara sebagaimana konsep ideological state apparatus dari Louis althusser”.

Jadi sangat sulit mewujudkan sebuah media massa yang benar-benar mampu menegakkan demokrasi. Karena, media massa tidak ada yang pernah benar-benar objektif menyikapi suatu masalah. Media massa memang bersifat independent tetapi berpihak. Entah itu berpihak pada pemerintah, pemilik modal, ataupun sekelompok masyarakat banyak bahkan segelintir orang.


Jumat, 01 Februari 2008

Syukur, Sesuatu Terpenting yang Terlupa

Setelah bebarapa minggu tidak sempat untuk menulis disini. Karena beberapa aktivitas yang sedikit menyita. Yah…kepadatan aktivitas sering membuat kita lupa banyak hal. Ini pengalaman pribadi, jadi tidak maksud untuk menyindir orang lain. Semoga cerita saya ini bisa diambil hikmah oleh orang lain. Kegiatan yang berjibun sering mebuat kita lupa makan misalnya. Sampai-sampai lambung protes karena diserang sama enzim-enzim pencernaan. Maag pun kembuh kembali. Mungkin banyak yang heran, “Ndari, makannya kan banyak, kok bisa maag ya….?” Inilah keunikan saya, banyak teman bilang aneh.

Lupa berikutnya, lupa keluarga. Ini yang sering bikin orang rumah sering komplain. Kalau teman di Kediri bisa pulang seminggu sekali, saya sering sebulan sekali. Padahal Surabaya-Kediri paling lama ditempuh 41/2 jam kalau kereta Dhoho sering berbaik hati dengan kereta lain. Sang Ibu tercinta sering masuk ke kamar biar bisa ngeloni setelah saya tertidur lelap. Sang bijak ayahku, sering curi-curi pandang. Mungkin di dalam hati beliau berkata “anak gadisku telah tumbuh dewasa, susah-susah nggedekke malah di pek uwong”. Tenang, Pak. Masih 4 Tahun lagi kok…^^ (targetku). Dan, Adin, adekku selalu bertanya “Bu, kapan mbak mantuk?” . Aneh… kalau lagi di rumah sering berantem tapi kalau jauh…..Maaf ya, Dek kemarin gak bisa liat kamu mamerin sabuk kuning strep dan marah-marah gara-gara nilaimu jelek. Tapi kamu membuatku bangga, hebat euy adekku, 4 bulan ikut Taek Kwon Do dah dua kali ikut kenaikan tingkat. Ingat gak ceritaku soal ada kereta yang ditarik oleh dua hewan, kuda dan kambing, mana yang kena pecut pak kusir ketika ingin melaju dengan kencang, kuda kan. Jadi kamu jangan marah dulu ketika Sabim-mu sering ngomel keras melihat kamu salah sedikit dibanding ketika temanmu banyak melakukan kesalahan.

Lupa yang lain dan yang paling terpenting adalah lupa ma dzat yang paling segalanya, lupa Tuhan. Kebanyakan dari kita selalu lupa ketika berada diatas segala nikmat, sampe lupa sholat, berdoa, bersyukur. Eh benar lho, meski saya menggunakan kerudung tetapi kadang masih lupa sholat, kalau mau ngapa-ngapain sering lupa doa, dengan sombong sering gak terimakasih sama Tuhan. Dengan ibadah kita bersyukur, berarti saya banyak lupa bersyukur. Saya selalu ingat Tuhan jika masalah datang, tapi kalau nikmat yang datang, duh sering amnesia. Saya jadi ingat joke sufi di sebuah majalah. Kira-kira seperti ini. Malaikat mempunyai spesifikasi tiga tugas dan otomatis juga mempunyai tiga ruangan yang saling berhubungan. Ruangan pertama di isi oleh berjuta-juta malaikat yang dengan sibuknya tanpa henti bertugas mendengarkan setiap permintaan manusia. Ruangan kedua diisi oleh bermilyar-milyar malaikat yang tanpa lelahnya bertugas memenuhi permintaan tersebut. Dan yang ruangan terakhir, ketiga hanya diisi oleh satu malaikat yang tertidur lelap karena tidak ada tugas yang bisa dia kerjakan. Tugas dari malaikat itu tidak lain dan tidak bukan adalah menerima syukur. Saya jadi merasa tersindir…^^

Tuhan ternyata sebenarnya sangat sayang sekali pada kita. Tetapi kita sering melupakannya. Ada tokoh bijak (namanya siapa ya, saya lupa) yang berkata Tuhan sering mengunjungi kita tetapi kita sering tidak ada di rumah. Atau Dedy, senpai (senior) saya pernah lempar joke “Heh, gak ngunjungi Tuhan tha? Tuhan dhewekan lo.” Tuhan, kami memang tidak pantas berada di surgamu, tetapi kami juga tidak kuat menahan siksa nerakamu. Dosa kami seperti butiran pasir di pantai, sisa umur kami berkurang setiap waktu. Kami memang kecil dihadapanMu. Tiada daya dan upaya selain kuasaMu.

Sekali lagi, cerita ini tidak bermaksud untuk teman-teman yang membacanya. Tetapi ini merupakan kisah pribadi yang saya harap mampu memberikan banyak pelajaran.