Jumat, 01 Februari 2008
Syukur, Sesuatu Terpenting yang Terlupa
Setelah bebarapa minggu tidak sempat untuk menulis disini. Karena beberapa aktivitas yang sedikit menyita. Yah…kepadatan aktivitas sering membuat kita lupa banyak hal. Ini pengalaman pribadi, jadi tidak maksud untuk menyindir orang lain. Semoga cerita saya ini bisa diambil hikmah oleh orang lain. Kegiatan yang berjibun sering mebuat kita lupa makan misalnya. Sampai-sampai lambung protes karena diserang sama enzim-enzim pencernaan. Maag pun kembuh kembali. Mungkin banyak yang heran, “Ndari, makannya kan banyak, kok bisa maag ya….?” Inilah keunikan saya, banyak teman bilang aneh.
Lupa berikutnya, lupa keluarga. Ini yang sering bikin orang rumah sering komplain. Kalau teman di Kediri bisa pulang seminggu sekali, saya sering sebulan sekali. Padahal Surabaya-Kediri paling lama ditempuh 41/2 jam kalau kereta Dhoho sering berbaik hati dengan kereta lain. Sang Ibu tercinta sering masuk ke kamar biar bisa ngeloni setelah saya tertidur lelap. Sang bijak ayahku, sering curi-curi pandang. Mungkin di dalam hati beliau berkata “anak gadisku telah tumbuh dewasa, susah-susah nggedekke malah di pek uwong”. Tenang, Pak. Masih 4 Tahun lagi kok…^^ (targetku). Dan, Adin, adekku selalu bertanya “Bu, kapan mbak mantuk?” . Aneh… kalau lagi di rumah sering berantem tapi kalau jauh…..Maaf ya, Dek kemarin gak bisa liat kamu mamerin sabuk kuning strep dan marah-marah gara-gara nilaimu jelek. Tapi kamu membuatku bangga, hebat euy adekku, 4 bulan ikut Taek Kwon Do dah dua kali ikut kenaikan tingkat. Ingat gak ceritaku soal ada kereta yang ditarik oleh dua hewan, kuda dan kambing, mana yang kena pecut pak kusir ketika ingin melaju dengan kencang, kuda kan. Jadi kamu jangan marah dulu ketika Sabim-mu sering ngomel keras melihat kamu salah sedikit dibanding ketika temanmu banyak melakukan kesalahan.
Lupa yang lain dan yang paling terpenting adalah lupa ma dzat yang paling segalanya, lupa Tuhan. Kebanyakan dari kita selalu lupa ketika berada diatas segala nikmat, sampe lupa sholat, berdoa, bersyukur. Eh benar lho, meski saya menggunakan kerudung tetapi kadang masih lupa sholat, kalau mau ngapa-ngapain sering lupa doa, dengan sombong sering gak terimakasih sama Tuhan. Dengan ibadah kita bersyukur, berarti saya banyak lupa bersyukur. Saya selalu ingat Tuhan jika masalah datang, tapi kalau nikmat yang datang, duh sering amnesia. Saya jadi ingat joke sufi di sebuah majalah. Kira-kira seperti ini. Malaikat mempunyai spesifikasi tiga tugas dan otomatis juga mempunyai tiga ruangan yang saling berhubungan. Ruangan pertama di isi oleh berjuta-juta malaikat yang dengan sibuknya tanpa henti bertugas mendengarkan setiap permintaan manusia. Ruangan kedua diisi oleh bermilyar-milyar malaikat yang tanpa lelahnya bertugas memenuhi permintaan tersebut. Dan yang ruangan terakhir, ketiga hanya diisi oleh satu malaikat yang tertidur lelap karena tidak ada tugas yang bisa dia kerjakan. Tugas dari malaikat itu tidak lain dan tidak bukan adalah menerima syukur. Saya jadi merasa tersindir…^^
Tuhan ternyata sebenarnya sangat sayang sekali pada kita. Tetapi kita sering melupakannya. Ada tokoh bijak (namanya siapa ya, saya lupa) yang berkata Tuhan sering mengunjungi kita tetapi kita sering tidak ada di rumah. Atau Dedy, senpai (senior) saya pernah lempar joke “Heh, gak ngunjungi Tuhan tha? Tuhan dhewekan lo.” Tuhan, kami memang tidak pantas berada di surgamu, tetapi kami juga tidak kuat menahan siksa nerakamu. Dosa kami seperti butiran pasir di pantai, sisa umur kami berkurang setiap waktu. Kami memang kecil dihadapanMu. Tiada daya dan upaya selain kuasaMu.
Sekali lagi, cerita ini tidak bermaksud untuk teman-teman yang membacanya. Tetapi ini merupakan kisah pribadi yang saya harap mampu memberikan banyak pelajaran.
Lupa berikutnya, lupa keluarga. Ini yang sering bikin orang rumah sering komplain. Kalau teman di Kediri bisa pulang seminggu sekali, saya sering sebulan sekali. Padahal Surabaya-Kediri paling lama ditempuh 41/2 jam kalau kereta Dhoho sering berbaik hati dengan kereta lain. Sang Ibu tercinta sering masuk ke kamar biar bisa ngeloni setelah saya tertidur lelap. Sang bijak ayahku, sering curi-curi pandang. Mungkin di dalam hati beliau berkata “anak gadisku telah tumbuh dewasa, susah-susah nggedekke malah di pek uwong”. Tenang, Pak. Masih 4 Tahun lagi kok…^^ (targetku). Dan, Adin, adekku selalu bertanya “Bu, kapan mbak mantuk?” . Aneh… kalau lagi di rumah sering berantem tapi kalau jauh…..Maaf ya, Dek kemarin gak bisa liat kamu mamerin sabuk kuning strep dan marah-marah gara-gara nilaimu jelek. Tapi kamu membuatku bangga, hebat euy adekku, 4 bulan ikut Taek Kwon Do dah dua kali ikut kenaikan tingkat. Ingat gak ceritaku soal ada kereta yang ditarik oleh dua hewan, kuda dan kambing, mana yang kena pecut pak kusir ketika ingin melaju dengan kencang, kuda kan. Jadi kamu jangan marah dulu ketika Sabim-mu sering ngomel keras melihat kamu salah sedikit dibanding ketika temanmu banyak melakukan kesalahan.
Lupa yang lain dan yang paling terpenting adalah lupa ma dzat yang paling segalanya, lupa Tuhan. Kebanyakan dari kita selalu lupa ketika berada diatas segala nikmat, sampe lupa sholat, berdoa, bersyukur. Eh benar lho, meski saya menggunakan kerudung tetapi kadang masih lupa sholat, kalau mau ngapa-ngapain sering lupa doa, dengan sombong sering gak terimakasih sama Tuhan. Dengan ibadah kita bersyukur, berarti saya banyak lupa bersyukur. Saya selalu ingat Tuhan jika masalah datang, tapi kalau nikmat yang datang, duh sering amnesia. Saya jadi ingat joke sufi di sebuah majalah. Kira-kira seperti ini. Malaikat mempunyai spesifikasi tiga tugas dan otomatis juga mempunyai tiga ruangan yang saling berhubungan. Ruangan pertama di isi oleh berjuta-juta malaikat yang dengan sibuknya tanpa henti bertugas mendengarkan setiap permintaan manusia. Ruangan kedua diisi oleh bermilyar-milyar malaikat yang tanpa lelahnya bertugas memenuhi permintaan tersebut. Dan yang ruangan terakhir, ketiga hanya diisi oleh satu malaikat yang tertidur lelap karena tidak ada tugas yang bisa dia kerjakan. Tugas dari malaikat itu tidak lain dan tidak bukan adalah menerima syukur. Saya jadi merasa tersindir…^^
Tuhan ternyata sebenarnya sangat sayang sekali pada kita. Tetapi kita sering melupakannya. Ada tokoh bijak (namanya siapa ya, saya lupa) yang berkata Tuhan sering mengunjungi kita tetapi kita sering tidak ada di rumah. Atau Dedy, senpai (senior) saya pernah lempar joke “Heh, gak ngunjungi Tuhan tha? Tuhan dhewekan lo.” Tuhan, kami memang tidak pantas berada di surgamu, tetapi kami juga tidak kuat menahan siksa nerakamu. Dosa kami seperti butiran pasir di pantai, sisa umur kami berkurang setiap waktu. Kami memang kecil dihadapanMu. Tiada daya dan upaya selain kuasaMu.
Sekali lagi, cerita ini tidak bermaksud untuk teman-teman yang membacanya. Tetapi ini merupakan kisah pribadi yang saya harap mampu memberikan banyak pelajaran.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar