Senin, 31 Desember 2007

Pahlawanku di Tahun Dua Ribu Tujuh

Tahun 2007 sebentar lagi akan berakhir (maksudnya ketika tulisan ini di buat), beberapa jam dari sekarang kita akan memasuki gerbang 2008. Begitu banyak kejadian setahun kemarin dalam perjalannaku sebagai umat manusia. Begitu banyak target yang ingin dicapai, meski banyak yang lewat, tidak sedikit pula yang berhasil dilalui. Terimakasih Tuhan, telah kau berikan semuanya.

Rasanya aku ingin bernyanyi Angels by my side (bukan Angel by my side) karena begitu banyak orang-orang yang menjadi malaikat di hidupku setahun ini. Keluargaku, tepat aku kembali berpijak, (my lovely mommy, my lovely daddy, my lovely brothers). Saudara-saudaraku di GMNI. Xiemen, yang selalu menyemangatiku lewat cibiran dan kritikan pedas buatku. Cak Ek, yang setia mendengar keluh kesahku. Mas Hari, yang memberi kesibukan baru buatku. Dedi, lovely baik….^^. Skie, teman yang selalu bisa diadalkan. Erwin, teman ngobrol segala topic. Riska, orang yang selalu membuatku iri dengan kemampuannya, membuatku selalu terpacu. Mbak Nila, dengan suara stereo yang membuatku tersenyum. Mbak Arilin, sarinah dengan kemampuan wacana yang luar biasa. Dan banyak kader lain, rangga, Ken “watanabe”, Jenggo, Gabby (jangan lagi tarik hidungku!!! >_<), dan banyak kader lain yang tak mungkin aku sebutin satu persatu disini. Anggota-anggota baru, Sukma, vita, melisa, neno, Rambo, Aziz(ah), trisni, andika, dll. You all always in my mind. Kemudian saudaraku di retorika, Mas panji, PU yang selalu sabar mendengar omelan Bendahara ini, maaf ya mas…^^. Kang Prima, eh Mbak, yang selalu memberiku wejangan dan tempat cerita pribadi, jangan bilang-bilang ya mbak. Andrea yang selalu tak suruh-suruh, maaf ya ndre….Gopel, my patner and my bos, tempat mencari solusi yang tidak panas kepala. Dan masih banyak lagi, Mbak Izur, Mbak Irma “mami kodok”, mas dody, mas gandha, dono, liza, crhistin, dan yang lain, HAYO NDANG BAYAR KAS. Semangat baru dari teman baru, andi, rahma, dan dari adik baru, manda, ayas “dudul”, aza “panic girl”, tono “kribo adikku”, reni, lina “tidak segalak kakaknya, prima”, siti, gatrina, dll. Teman-teman komunikasi. Anak didikku, tika “lesbi wonokromo” yang FS tandem bersama kodok selalu tak buat curhat. Fachan, lesbi petra, yang membuatku menjadi anime freak. Tantri, bencong, psikopat yang aneh....^^. Diana, bencong keputih, paling adem diantara yang lain. Tyas, gimana jeng?. Qinung, bencong jeruk purut, paling hot diantara yang lain, maksudnya paling cepet marah. Ntar kalo dah nikah bikin plakat yuk....^^. Teman-teman komunikasi lain, Iguh, Kukuh, Rendi, Adi, Angga, Chichi, Maya, dll yang tak bisa kusebutin satu-satu. I can see heaven in your eyes, in my soul I never will be lonely, what there will be angels by my side.

Ketika aku mendengar lagu "Kita" milik Sheila on 7, aku pasti teringat kalian. Riefa, my best friend sampai saat ini. Bang Napi eh Nafy, teman yang paling ku ingat ketika aku ada masalah, kapan kita berantem lagi. In-out, masih disleksia kah? Aang, si MIB, M-Aang In Black, kalo liat cak ek pasti ingat kamu. Ganesti, kalo nikah undang-undang ya, jeng. Friska, si boksi (bokong seksi), kalo aku melahirkan pasti bidannya kamu kok (halah adohe). Sulung "legolas", yang minggu ini kirim SMS nyasar. Sulung, aku nduk bukan le!! Agung, yang selalu berantem tiap ketemu di kelas Asmen. Dan banyak lainnya. Teman-teman lama yang ketemu lagi di FS. Erni & her sister (twin), Bagus "molen", Hafidz "pentol", Axi (nama aslimu siapa seh, aku lupa), Indah "nduti", Fendi "sweety boy". Ada Oki, jangan nyanyi di FS ya...., ntar langsung eror", Nanang di ITS dan lain-lain. Di saat kita bersama, di saat kita tertawa, menangis merenung oleh cinta.

Buat teman-teman baru di Friendster dari negara manapun, terimakasih kalian membuatku lebih bewarna.

Buat pacar-pacar virtualku, Yagami Raito, Kuroshaki Ichigo, Takenaga, Aragorn, terimakasih kalian telah menemani imajinasiku...^^

Terakhir buat seseorang yang selalu membuatku teringat ketika mendengar lagu "Tsuki No Uta". Whatever u do, wherever u ar, praying to ur happyness. Meski tiga tahun kurang 3 minggu tidak bertemu, aku akan tetap menunggu (bagus kan rima kalimatku...^^). Tapi kalo disuruh nunggu terus aku emoh yo..... Kimino dasuki na tsuki no uta.....Aishita.

Dan terakhir lagi buat semua orang yang mengenalku....menyayangiku....membenciku....Terimakasih, aku telah menjadi bagian dari cerita hidup kalian. Kalian semua adalah pahlawanku.....^^

Kamis, 27 Desember 2007

Mulai Dari Kita

Sebagai manusia, kita pastinya tak pernah lepas dari apa yang namanya lingkunan. Namun, ternyata lingkungan yang kita tinggali ini sekarang dalam keadaan kritis. Nah...Pastinya kita tidak ingin membiarkan itu berlarut-larut kan. Yuk, jadi manusia hijau. Maksudnya tentu bukan manusia yang berbaju hijau ataupun manusia yang beraliran hijau atau pula power ranger hijau. Namun, manusia yang menyadari betapa penting bertindak ramah pada lingkungan. Tidak harus menjadi aktivis lingkungan, atau tidak perlu berkampanye dengan musik yang menghentak-hentak. Tetapi mulailah dari kita sendiri. Berikut tips menjadi manusia hijau. Aku dah mulai mencobanya lo....

1. Lebih baik jalan kaki atau menggunakan sepeda daripada naik kendaraan bermesin. kalau jarak yang ditempuh Cuma 100 meter sampai 1 km, mengapa tidak dicoba. Selain tidak menyebabkan polusi udara dan menghemat cadangan bahan bakar fosil dan bahan bakar keungan, aktivitas ini ternyata membuat kita lebih bugar. Aku pernah membaca Intisari, ternyata jalan kaki 20 menit sehari mampu membuat awet muda organ-organ vital kita, seperti jantung dan paru-paru.

2. Bawa tas kain atau tas berbahan lain yang lebih permanen penggunaanya ketika berbelanja, agar kita tidak perlu tas kresek atau plastik. Ternyata untuk membuat satu tas kresek diperlukan energi yang setara dengan energi kendaraan bermotor yang melaju 110 meter. Selain kemana-mana bawa tas kain yang bisa dilipat dan dimasukan kantong, aku biasanya juga bawa stopmap plastik yang selalu ku bawa ketika fotokopi, jadi tak perlu bungkus untuk memuat kertas-kertas. Ya meskipun stopmap ini juga terbuat dari plastik, tapi setidaknya lebih permanen.

3. Gunakan produk-produk yang tahan lama. Hindari produk yang dirancang jangka pendek atau sekali pakai, untuk mengurangi jumlah sampah di perkotaan. Misalnya, gunakan sapu tangan bukan kertas tisu. Atau bawa tempat minum (pastinya ada air minumnya) sendiri daripada beli air minum botol. Selain lebih hemat, ini juga menekan jumlah sampah kan.
4. Cari produk dengan kemasan bahan yang bisa di daur ulang, bukan kemasan yang terbuat dari plastic. Beli prodik yang bisa digunakan kembali atau bisa di daur ulang (biasanya ditandai dengan tiga panah yang membentuk segi tiga) atau yang menyediakan refill (isi ulang) atau yang bisa terurai alias biodegradable (biasanya ditandai dengan panah yang saling berhubungan ujungnya, mirip simbol jurusan Ilmu Komunikasi)
5. Gunakan produk seperti elektronik dan semprotan yang tidak mengandung aerosol, salah satu penyebab utama penipisan lapisan ozon dan global warming.

Gampangkan.... Sebenarnya, seseorang memang tidak bisa dipaksa untuk peduli dengan lingkungan. Tetapi, sebagai manusia yang diciptakan oleh Tuhan dengan segala kelebihannya dibanding makluk lain, sudah sepantasnya untuk membuka mata dan memperhatikan sekelilingnya. Turut merwat dan melindungi, bukanya malah ikut andil dalam pengrusakan yang terjadi di muka bumi. Ayo, tunggu apa lagi...^^

Sabtu, 22 Desember 2007

Edisi Curhat: Penantian & Harapan

Mungkin aku tidak pernah sanggup menjadi Genoveva Misiati, ibu Bima Petrus (korban penghilangan paksa aktivis reformasi 1998), harus kehilangan seseorang yang amat disayangi. Atau menjadi Sipon, istri Wiji Thukul. Penantian panjang untuk sebuah kepastian. Bu Genoveva setiap sore, hampir 10 tahun, selalu menunggu anaknya pulang di depan rumah. Dan, ketika senja mulai datang dan sang surya mulai tenggelam, tenggelam pulalah harapannya untuk melihat putra sematawayangnya hari ini pulang. Sementara Sipon selalu berpikir keras untuk membuat kebohongan-kebohongan terhadap mertuanya perihal hilangnya sang suami. Berusaha tetap tegar dihadapan anak-anaknya. Dimana sekarang orang-orang yang mereka cintai, jika masih hidup segera temukanlah, Tuhan, jika sudah berada dalam dekapan bumi, dimana bisa meletakkan sekuntum mawar diatasnya.

Jika dibandingkan dengan mereka jelas aku belum seberapa dalam soal penantian dan harapan. Dan pastinya masalahku sangat remeh untuk seorang manusia. Saat ini aku merasa kehilangan seseorang yang betul-betul terlalu picisan untuk diceritakan. Hampir tiga tahun aku tidak mampu untuk bertemu dengannya, atau memang takdir enggan menemukan kami kembali. Aku tahu dimana sekarang dia berada, aku tahu nomer sms juga telepon rumahnya aku tahu. Tetapi aku selalu berusaha menekan rasa yang selalu membuncah di sini.

Aku selalu mengatakan pada orang-orang jika aku mencintai lewat rasio, lewat logika yang membuat laki-laki pantas untuk kuharapkan. Tetapi ternyata itu salah. Aku selalu mengatakan pada orang-orang jika aku suka laki-laki ciri fisik seperti ini, padahal aku tidak ingin sosoknya hilang begitu saja. Aku suka laki-lakiyang seperti itu meski dia banyak kekurangan, padahal di balik itu aku hanya ingin menemukan dirinya lagi pada tubuh yang lain.

Selama ini aku berusaha menekan perasaan itu sedalam mungkin. Mencoba menegasikan dengan banyak yang lain, bukan cuma satu bahkan tiga. Tetapi ternyata ada sesuatu hal yang menuntunku kembali untuk menantinya. HARAPAN.

Aku berharap, aku bukan orang yang mendampinginya tanpa ada aturan main yang jelas. Aku ingin akulah tulang rusuknya, penjaga hati, menenangkannya saat dia mulai jenuh dengan jalan yang ditempuh. 

Dan, pastinya aku juga berharap blog ini tidak pernah dibaca olehnya. Isin pek, kalo sampai tahu aku nga-rep slirane. Yah....Meski surya menenggelamkan tubuhku di lautan, kutunggu sampai samudra mengering. (halah kok malah nyanyi)

Jumat, 14 Desember 2007

Majulah Dunia Game Indonesia

Aktivitas apa yang dilakukan ketika kejenuhan melanda sementara tidak ada pekerjaan apapun yang bisa dilakukan. Bagi yang suka membaca pasti akan lebih memilih untuk memelototi tulisan di buku. Untuk yang suka belanja, akan lebih memilih cuci mata dan cuci saku di pusat perbelanjaan. Dan…untuk yang suka nge-game, kegiatan ini pasti dipilh untuk mengisi waktu luang.

Sejak diperkenalkan kurang lebih dua dekade silam, dunia game mengalami perkembangan yang cukup pesat di Indonesia. Salah satu penyebabnya karena banyak perusahaan swasta yang membeli lisensi terhadap pihak asing untuk dipasarkan disini. Mulanya game yang berkembang di negeri ini bertipe pemain tunggal. Hingga muncullah tipe multiplayer (pemain lebih dari satu orang) yang ternyata cukup diminati oleh penggemar game tanah air. Awal game berjenis ini hanya mencakup LAN (local area network), seperti Counter Strike, Warcraft, dan Command and Conquer. Tetapi setelah teknologi internet ditemukan, permainan beranjak lebih luas. Permainan tidak hanya dilakukan secara local, tetapi dilakukan secara online di seluruh Indonesia. Game-game online seperti Ragnarok Online dan World of Warcraft menjadi salah satu alternative para gamer Indonesia.

Melihat begitu banyak game asing yang merajai Indonesia, muncul di benak saya apakah ada game yang asli buatan putra-putra bangsa? Ya, ternyata memang benar ada, meski teknologi belum mampu menyainggi game-game asing, tetapi ini merupakan angin segar bagi para gamer tanah air yang mempunyai nasionalisme tinggi…^^

Sejak 16 tahun silam, tahun 1991, game local mulai muncul di tanah air walaupun belum jelas siapa pembuatnya. Apalagi game local di jaman itu masih menggunakan teknologi dan aplikasi yang terbatas dan sederhana, juga belum dipublikasikan di kalangan masyarakat dan hanya sebatas permainan bagi kalangan sendiri.

Dunia berputar, dan dunia game lokal juga melalui pencerahan. Mulailah anak-anak negeri yang mulai membentuk sebuah kelompok untuk membangun studio game di Indonesia. Ketika saya membuka salah satu situs yaitu www.forum.indogamers.us , dalam informasi yang dinyatakan oleh salah seorang yang saya lupa untuk melihat namanya (maaf ya, mas…^^) berikut studio-studio game di Indonesia :
· Max Studio
Meski baru berusia tiga tahunan, studio sudah banyak menghasilkan game. Salah satunya berjudul Burning Armor yang berhasil menduduki deretan TOP TEN game mobile application di Taiwan dan beberapa negara lain. Studio ini juga berhasil menjuarai EDGE coding competition se-Asia tahun lalu. Kabarnya saat ini, mereka sedang mendeevelop game 3d dengan menggunakan XNA yang antibya bisa digunakan untuk aplikasi XBOX 360.
· Altermyth
Nama lain dari mytyhic persperctive berpusat di tanjung duren, Jakarta barat. Salah satu gamenya terkenal dengan nama INSPIRIT ARENA.
· Menara Games
Meski terkesan muda, studio game yang mangkal di Bandung ini mampu berhasil menduduki jajaran atas di website gamehouse.
· IplayAllDay studio
Game unggulan dari studio ini adalah motorama game yang berhasil menyabet salah satu award di akhir tahun lalu.
· V RESY Studio
Studio yang sedang mengembangkan game 3d seperti seal.
· Sangkuriang Studio
Game yang rajin mengangkat cerita rakyat Nusantara.

Selain itu, ketika saya membuka salah satu situs saya menemukan salah satu web game Indonesia yaitu www.divinekids.com. Divine Kids merupakan salah satu pengembang game Indonesia. Divine Kids Association sangat terbuka terhadap seluruh putra bangsa di Indonesia yang ingin belajar membuat game dan mempublikasikanya. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dunia game Indonesia. Titik inilah yang dianggap sebagai periode awal game pertama Indonesia yang sebelumnya belum ditandai.

Rasanya kita patut bangga atas perkembangan anak bangsa dalam dunia game yang ternyata tidak kalah dengan negara lain. Tinggal bagaimana kita mampu menghargai hasil karya agar game Indonesia semakin maju dan berkembang. Dukungan pemerintah, media masa, penanam modal dan pastinya para gamer Indonesia sangat diperlukan disini. Karena jika bukan kita bangsa sendiri siapa lagi....

Jumat, 07 Desember 2007

Birokrasi Oh Birokrasi

Saya tidak pernah berhenti untuk merasa heran, ketika melihat begitu rumitnya birokrasi di kampus Unair, kampus saya tercinta ini. Untuk sekaliber Unair yang mempunyai peringkat ke 5 di Indonesia, mengapa mahasiswanya harus mengahadapi seperangkat peraturan yang sulit jika ingin mengembangkan bakat dan kemampuanya.

Pengalaman pertama saya, bulan Februari tahun ini, ketika saya harus melakukan pembayaran SPP untuk semester dua. Kami terpaksa harus mengalami 3 macam antrian di bank untuk menyelesaikan hajat tersebut. Setelah itu kami diharuskan ke kampus C yang letaknya 2 Km dari kampus kami, kampus B, untuk memasang barcode di KTM kami. Barulah setelah itu kami bisa mengambil KHS, KRS semester selanjutnya, dan kertas pedoman mata kuliah semester genap. Angele pek ….>_<

Teman saya yang kuliahnya dobel di ITS sempat ngomel-ngomel gara-gara ini. Di ITS dia bisa melakukan daftar ulang dan segala tetek bengek kebutuhan kuliah awal semester tanpa harus datang langsung. Mendengar omelan-omelan teman tadi, kening saya berkerut, orang sekalem dan sependiam dia bisa marah juga ketika menghadapi rentetan peraturan yang melelahkan. Wah... berarti peraturan di sini memang benar-benar mampu merubah sifat orang 180 derajat. Untunglah semester berikutnya, peraturan berubah sedikit meringankan. Kami cukup mengalami 1 macam antrian di bank kemudian bisa langsung memasang barcode di fakultas tanpa harus berpanas-panas ria menuju kampus C.

Kasus kedua, ketika kami akan mengadakan suatu kegiatan yang tujuannya meng-upgrade kemampuan mahasiswa. Untuk meminjam kelas demi kegiatan tersebut, kami diharuskan membayar peminjaman ruang tersebut sebesar Rp. 100.000,- per hari, itu belum termasuk beaya petugas dan LCD-nya. Wah...wah...wah...ini Universitas atau rental ruangan. Belum lagi harus jaga-jaga jika sewaktu-waktu ruangan yang sudah kita boking ternyata digunakan oleh dosen untuk acaranya. Terpaksa, kita harus cari ruangan lain, tidak peduli apakah proposal kegiatan mahasiswa lebih dahulu masuk daripada proposal acara dosen. Inilah Universitas Airlangga, mahasiswa nomer dua!!!

Kasus ketiga, baru saja saya alami hari ini. Ini kali pertama saya mengurus PKLPerkembangan Teknologi Komunikasi (Pertekom). Setelah mendapat tanda tangan dari PJMK, kami ke ruang Akademik. Disana kami diceramahi oleh Bapak X, ”Ini harus dikopi sebanyak sekian, kemudian minta tanda tangan ke Wadek 1, setelah itu kemari lagi buat surat ini, kemudian ke rektorat (rektorat itu kampus C, saudara-saudara,,,) minta itu, kemudian ke Wadek 2 minta tanda tangan biar dananya bisa turun, kemudian baru ke keuangan....” kemudian kesana, terus kesini, kemudian..kemudian...kemudian...huh...capek deh!!

Dan, bayangkan saudara-saudara ketika mengalami perjalanan panjang menuju impian (halah...), setelah berpanas-panas ke kampus C, naik turun tangga sampai berkali-kali, menipiskan alas kaki kami, kedinginan di ruang Warek dan Wadek pastinya karena AC yang super, ternyata perjuangan kami sia-sia...T_T. Ketika kami mengalami tahap menemui Pak Joko Adi alias Pak Jodi, kami harus menerima pil pahit. Uang PKL tidak bisa turun karena proposal masuk setelah tanggal 2 November. What!!! Padahal kami mendapat tugas Kuliah Lapangan ini baru pertengahan November. Bagaimana seh ini? Katanya Mas Irvan untuk PKL ini setiap mahasiswa mendapat jatah Rp. 45.000,- , sementara itu menurut Pak Jodi ini sudah diberitahukan pada tiap-tiap jurusan. Mas Irvan? Pak Jodi? Mana yang benar? Argh......Rasanya pengen teriak saja....

Sudahlah, saya tidak ingin menjelek-jelekan Kampus tercinta dengan cerit-cerita lain. Hanya saya merasa mengapa berubahnya Unair menjadi sebuah BHMN tidak ikut merubah sistem kerja yang ada di dalamnya. Saya sebagai mahasiswa merasa seperti seorang Marhaen yang terpinggirkan oleh sistim yang ada. Ingin sekali saya dobrak sistim-sistim itu, tapi apalah daya saya tidak punya kekuatan apa-apa. Mau mati, Ndar? Wah saya belum siap. Masih banyak yang saya ingin wujudkan dari khitah, cita-cita, idealisme saya. Masih jauh jalan yang harus saya tempuh untuk meraih keinginan, dan saya tidak mau berhenti atau diberhentikan baik secara nyata atau pemikiran. Tapi, jika ternyata banyak orang yang mempunyai nasib dan keinginan seperti saya untuk mendobrak sistim yang ada, mengapa tidak?

Sabtu, 01 Desember 2007

Sosial Demokrasi Sebagai Bentuk Demokrasi Indonesia

Kemarin, baru saja kita merayakan Hari Kemerdekaan Indonesia yang yang ke 62 tahun. Sayangnya makin tua usia republik, kian rapuh pula kemerdekaan itu sendiri. Kemerdekaan hanya dinikmati oleh pihak-pihak tertentu saja. Di lain pihak banyak yang merasa belum merdeka sepenuhnya.
Perasaan tersebut sebenarnya bersumber pada keadaan dimana hanya segelintir orang yang mampu menikmati kekayaan alam material tanpa mempertimbangkan perasaan keadilan yang ada dalam masyarakat. Sejumlah orang yang menduduki posisi strategis merasa sudah mewakili dan menjalankan seluruh kepentingan bangsa Indonesia seluruhnya, dan menanggpa mempunyai kewenangan untuk kuras habis kekayaan alam di seluruh pelosok Indonesia.
Akibatnya, ada semacam sense of denial, perasaan ditolak karena merasa sekelompok orang bukanlah bagian yang sah dari organisasi kolektif yang bernama ”Indonesia”. Mereka merasa, keikutsertaan dalam sebuah negara hanyalah bentuk ”conquista”, penaklukan atau pemaksaan, daripada sebuah konsesnsus atau kesepakatan bersama. Tidak heran, sekelompok-sekelompok orang itu banyak yang merasa harus memisahkan diri dari Indonesia, GAM dan RMS misalnya.
Untuk menghadapi hal-hal tersebut, formula yang tepat adalah sosial demokrasi. Bukan liberalisme dan bukan pula sosialisme.
Sebenarnya kehidupan demokrasi yang ideal dari dulu sampai sekarang tidak pernah terwujud. Memang pada tahun 507 SM, pemerintahan Yunani dianggap mampu menjalankan demokrasi dengan adanya Majelis Permusyawaratan Yunani dan Senat Romawi. Tetapi itu tidak bisa disimpulkan sebagai bentuk demokrasi yang ideal. Karena, saat itu budak yang mempunyai jumlah terbesar di negara kota itu, hak-haknya masih dipasung untuk mengeluarkan pendapat atau aktivitas kegiatan lain.
Kehidupan demokratis pada zaman kerajaan hanya dinikmati oleh raja dan kerabatnya saja. Rakyat hanya diperas dan dijadikan boneka permainan belaka, tidak boleh menuntut maupun bersuara. Karena, ada anggapan bahwa raja adalah wakil Tuhan di dunia. Maka, raja mempunyai kekuatan yang absolut dan benar untuk megatur segalanya.
Salah seorang raja yang demikian itu pernah ditanya oleh salah seorang menterinya: ”Ratu, apakah staat itu? Apa yang dinamakan staat itu?” Raja menjawab : ”Staat itu adalah aku sendiri! L’etat C’est Moi!” memang raja itu adalah seorang otokrat yang tulen”
(Soekarno. Dibawah Bendera Revolusi hal 171)
Ini bisa terjadi karena dalam pemerintahanya raja di dukung oleh dua golongan yaitu kaum bangsawan dan pemuka agama. Kedua golongan ini pastinya mendapa hak istemewa juga untuk memeras rakyat. Misalnya di Perancis pada zaman sebelum Revolusi Perancis meletus (1789),
Karena merasa tidak terwakili suaranya, maka rakyat memunculkan sauatu ruang agar mereka dapat mengeluarkan pendapatnya. Inilah yang disebud dengan konsep ”public sphere”. Munculnya konsep ini menrut Habermas disebabkan oleh tiga faktor yaitu, capitalism, economy, dan individualism. Konsep ini muncul pertama kali di Perancis pada waktu pra revolusi terjadi. Public sphere saat itu bertempat pada barber shop dan kedai kopi. Sehingga, bisa disimpulkan yang bisa menikmati hanya kalangan ber-uang saja. Akibatnya, public sphere pada saat itu digunakan golongan borjuis untuk menyusun taktik meruntuhkan monarki perancis. Sementara itu rakyat miskin hanya dijadikan alat untuk menjalankanya. Setelah itu mereka kembali menjadi kaum yang terpinggirkan dan terperas. Dahulu ”kawulo” menjadi ”buruh”.
Memang pada demokrasi parlementer golongan proletar juga mendapatkan hak untuk menyampaikan pendapatnya karena telah disediakan tempat untuk perwakilan. Inilah yang disebud dengan ”demokrasi politik”. Tetapi ternyata demokrasi politik saja tidak cukup. Karena, demokrasi yang secara ekonomi belum benar-benar diterapkan. Proletar tetap tertindas dari segi ekonomi, tetap diperas tenaganya tanpa imbalan yang sesuai. Itu bentuk demokrasi yang berupa parlementer yang diterapkan pada negara-negara penganut paham kapitalis.
Lalu bagaimana keadaanya dengan Indonesia? Rakyat tidak hanya tidak memperoleh demokrasi secara ekonomi tetapi juga tidak memperoleh demokrasi secara politik. Secara ekonomi misalnya, hak-hak rakyat yang tertuang dalam pasal 33 telah dirampas dengan adanya privatisasi dan swastanisasi. Belum lagi adanya fenomena Economic Hit Men (EHM) yang membuat Pemerintahan Indonesia hanya menjadi tukang atau pekerja untuk menjalankan konspirasi global. Ini pastinya menyebabkan rakyat semakin menderita.
Secara politik, ternyata wakil rakyat tidak mampu manjadi juru bicara rakyat yang baik. Mereka malah berusaha mengeruk keuntungan dibalik posisinya. Di Indonesia belum ada sebuah ”public sphere” yang tepat untuk menjembatani secara vertikal antara rakyat dengan pemerintahanya. Media yang merupakan ruang tersebut belum bisa dikatakan public sphere yang bagus. Karena ternyata media di Indonesia hanya berupa commentarian pers bukan emansipatory pers.
Jadi bagaimana bentuk demokrasi yang tepat diterapkan pada Indonesia? Bukan demokrasi kapitalis yang hanyadinikmati oleh pemilik modal. Dan juga bukan pula pada sosialis yang berpijak pada materialisme historis dan mengandalakan bentuk mass society bukan civil society. Menurut Sukarno, sosial demokrasi adalah demokrasi yangberdiri dengan kedua kakinya di dalam masyarakat. Sosial demokrasi timbul karena adanya sosio-nasionalisme (nasionalisme marhaen yang enolak tiap tindak borjuis yang menjadi sebabnya kepincangan masyarakat. Menurut saya, sosial demokrasi akan berjalan dengan baik jika ada publik sphere yang benar-benar mampu menjembatani antara pemerintah dan rakyat. Selain itu rakyat harus bersifat dewasa dalam menyikapi kebutuhanya dan pemerintah benar-benar mau terjun ke tengah-tengah masyarakat sebagai mitra bukan sebagai penguasa. Dan satu hal yang perlu diingat, Indonesia yang seperti ”karnaval” dengan kebudayaanya yang bermacam-macam akan menimbulkan masalah dengan primordialismenya yang tentunya sulit untuk diatasi. Karena itulah bagaimana caranya kekuatan sosial yang ada dalam masyarakat harus tetap diperkuat sehingga sosial demokrasi semakin kokoh. Mungkinkah itu terjadi?

Kebebasan Berbicara

     Keputusan juri telah bulat, Socrates filsuf gaek dijatuhi hukum mati dengan cara dipaksa minum racun. Dia di hukum mati karena sikapnya yang kelewat arogan dan sangat bebas mengeluarkan pendapatnya dengan mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang sebijak dirinya. Ya…kebebasan mengeluarkan pendapat sekarang ini telah menjadi semacam euphoria di negeri kita. ratusan, ribuan bahkan mungkin jutaan orang saling berebut mengeluarkan pendapat mereka masing-masing. Semuanya berbicara, saling menghujat, mengkritik. Politik, ekonomi, sosial ramai menjadi bahan pertimbangan. Hasilnya, muak, jenuh, pusing yang kita rasakan.
     Memang semua orang bebas berpendapat, seperti yang tercantumkan dalam Declaration of Human Right pasal 19 ”setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai pendapat-pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan-keterangan dan pendapat-pendapat dengan cara apapun juga dan tidak memandang batas-batas”. Pastinya tidak terkecuali kita, generasi muda yang kata orang calon pewaris peradaban. Pertanyaanya, sudahkah kita menggunakan kebebasan berbicara dengan bijak? Jawabanya tergantung pada diri kita masing-masing.
     Banyak diantara kita menggunakan kebebasan kita dengan topik-topik seputar kehidupan. Dari obrolan pamer HP terbaru dan tercanggih dengan fitur 4G, sampai kamera digital yang bisa dipakai saat menyelam hingga 200 m (hebat euy, buatan luar negeri, Indonesia kapan?”, dari rebonding sampai keriting (maksudnya mulut kita yang keriting). Entahlah, semua itu bisa dipandang Hedon atau bukan? Padahal tidak semua kaum muda Indonesia yang mampu mendapatkan semua itu. Bukan hal yang mustahil jika kelak ada pergeseran nilai ”kaya” dan ”miskin”. Kaya itu bagus, miskin itu buruk. Orang akan melakukan apapun juga agar dianggap orong kaya. Mulai yang hanya omdo (Omong Doang), ”Eh mamaku kemarin dari Kediri ke Surabaya naik Airbus 380” (Memangnya ada Rute pesawat Kediri-Surabaya? Memangnya ada pesawat Indonesia yang jenisnya Airbus 380?), hingga melakukan berbagai cara demi meraih kekayaan.bukan hanya melalui bekerja keras dan berhemat, tetapi juga dengan jalan yang tdak benar, mencopet misalnya.
     Mencermati fenomena diatas bukan berarti kita dilarang cerita tentang seputar kehidupan kita. Buka mata, buka hati, buka pikiran, perhatikan kehidupan masyarakat sekitar kita. Jangankan untuk rebonding, potong rambut ke salon saja tidak mampu. Jangankan HP 4G, HP yang ukuranya sebesar batu bata saja belum pernah pegang.
     Namun bukan berarti kita telah menggunakan hak berbicara dengan bijak meski yang kita omongkan adalah persoalan bangsa atau negara, dari tidak becusnya pemerintah menangani korupsi atau mungkin pencaplokan kekayaan dan budaya Indonesia oleh Malaysia (Hai...Malon, Malingsia....Kembalikan Batik, Reog, lagu rasa sayange dan jali-jali pada kami). karena sering kali kita hanya bisa menggonggong tidak bisa menggigit, hanya bisa mengkritik tanpa bisa memberi solusi yang terbaik dan mudah direalisasikan. Kadang kita hanya bisa menuntut ”Tolak kenaikan harga BBM”, tetapi kita tidak bisa atau lebih tepatnya belum bisa memberikan solusi kepada pemerintah bagaimana menghadapi kenaikan harga minyak dunia tanpa membuat keuangan negara tekor. Jhon F K pernah bilang (lebih tepatnya jiplak puisi KahlilGibran), ”Jangan tanyakan apa yang telah negaramu berikan, tapi tanyakan apa yang kamu telah berikan kepada negaramu”.
Semua pemuda di seluruh dunia berhak dan bebas berbicara mengeluarkan pendapat tanpa ada tekanan dari pihak manapun, termasuk juga pemuda Indonesia. . namun kebebasan itu bukanlah tanpa batas dan harus dipertanggungjawabkan. Freedom is not free. Tidak hanya asal bunyi dan tidak juga berbenturan dengan hak-hak orang lain. Mari kita gunakan kesempatan ini dengan bijak. Don’t waste change because change nevercome twice. (ditulis sebagai prasyarat masuk LPM Retorika Fisip Unair tahun lalu, dengan sedikit perubahan)